Djokjakarta

Wednesday 22 April 2015

Dari Sersan KNIL Menjadi Shodanco PETA




Pada suatu hari seorang pengantar surat menyerahkan sepucuk surat resmi yang isinya singkat sekali yaitu pemuda Soeharto harus segera melapor untuk Dinas Militer dan pada tanggal 1 Juni 1940 pemuda Soeharto diterima masuk Sekolah Militer di Gombong Jawa Tengah. Dorongan lain yang menggugah Soeharto masuk KNIL adalah keinginan yang besar untuk menyaksikan bagian lain dari tanah airnya, seperti pemuda-pemuda lain, dia senang mengembara dan mengharapkan dengan memasuki dinas tentara akan dapat memberikan kepadanya kehidupan yang lebih baikbila dibandingkan dengan kehidupannya yang penuh kekurangan dimasa kecilnya.
Selama enam bulan dididik sebagai seorang calon prajurit KNIL mereka berlatih siang dan malam, sangat berbeda dengan apa yang dialaminya sewaktu di sekolah, menjadi pembantu kyai maupun saat menjadi pembantu klerk bank. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut prajurit Soeharto ditempatkan di batalion XIII di Rampal dekat malang,Jawa Timur dengan pangkat kopral. Selama berdinas pangkat teringgi yang dia sandang di KNIL adalah sersan. Pada saat Jepang menyerang Indonesia dan pemerintah hindia belanda menyerah pada tanggal 8 Maret 1942, sersan Soeharto beserta teman-temannya dari KNIL dapat menyelamatkan diri saat jepang menyerang daerahnya. Karena tidak sanggup mempertahankan diri dari serangan pasukan jepang , dalam keadaan terpencar akhirnya Soeharto memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dan tinggal selama beberapa bulan di rumah keluarga Prawiroharjo yang merupakan ayah angkatnya di wonogiri, suatu daerah dekat solo.
Pada tanggal 3 Oktober 1943 Jepang membentuk pasukan sukarela PETA oleh Letnan Jenderal Kumakici Harada panglima tentara XVI Jepang di Indonesia. Pembentukan PETA ini berdasarkan Osama Seirei ( pengumuman pemerintah militer Jepang ) No.44 dimana organisasi semi militer ini dimaksudkan untuk mendidik para pemuda pribumi dalam bidang kemiliteran untuk membantu Jepang untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari serangan sekutu. Berita ini tersebar sampai pelosok daerah. Soeharto dengan beberapa temannya pada awalnya mendaftarkan diri sebagai sukarelawan pasukan polisi Jepang , Keibuho. Dia dikirim ke Yogyakarta untuk dididik menjadi polisi pembantu Jepang selama empat bulan. Saat menjadi pembantu Kepala Kepolisian di daerah Yogyakarta atas nasehat dari atasannya Soeharto disarankan untuk pindah ke PETA dan menjalani pendidikan di Sekolah Militer Jepang Jawa Bo-Ei Gyugun Kanbu Rensitai tempat pendidikan para perwira PETA di Bogor. Setelah lulus dan diangkat menjadi Shodanco ( komandan Peleton ) dikirim ke kompi PETA yang berada di wates. Setelah sempat di tarik kembali ke Jakarta Soehato kembali di tugaskan di wates dan ditempatkan di pos pertahanan di wilayah pantai glahgah dan ditempat ini mereka di wajibkan membangun jinshi ( lubang-lubang pertahanan ). Tidak lama bertugas di glagah Soehato dipindah ke Solo. Karena kebutuhan organisasi Soeharto kembali di pindahkan ke Madiun untuk menduduki jabatan sebagai Perwira Staf di Markas PETA. Pada saat Jepang menyerah kepada sekutu dan sesuai dengan perintah Markas Besar Bala Tentara Jepang yaitu perintah untuk membubarkan semua organisasi bersenjata Indonesia, maka pekerjaan atau jabatan Soeharto di PETA pun berakhir.  Pada tanggal 22 Agustus 1945 pemerintah RI membentuk BKR . Soeharto beserta rekan-rekan seperjuangannya di PETA menggabungkan diri menjadi anggota BKR. Soeharto bersama teman-temannya membentuk satu kesatuan BKR di daerah Sentul (sekarang jalan kusuma negara,  yogyakarta ) dan terpilih menjadi wakil komandan , sedangkan komandannya adalah Omar Slamet seniornya semasa di PETA. ( Sumber : Buku Soeharto , Jenderal Besar dari Kemusuk. Disjarahad, 2010. hal 35-59 ).