Fakta unik ini berdasarkan studi Capt. R.P. Suyono terhadap berbagai literatur Belanda yang dtuangkannya dalam buku Peperangan Kerajaan di Nusantara (penelusuran kepustakaan sejarah), terbitan Grasindo tahun 2003.
1. Seragam KNIL
Sejak dibentuk pada tahun 1830, seragam KNIL selalu mengalami pergantian. Pada tahun 1894 seragam KNIL dinamakan syako
dengan topi helm dari gabus. Topi gabus tersebut baru diganti pada
tahun 1910 dengan bahan yang terbuat dari bambu. Pada tahun 1915 KNIL
mendapat seragam baru yang tebal dan susah dicuci sehingga akhirnya
diganti dengan bahan linen dengan celana yang lebih tipis. Pada tahun
1936 seragam KNIL adalah kain hijau yang dinamakan tenunan Garut.
Fakta
lain adalah ketika berada di tangsi, hanya perwira dengan pangkat
minimal Sersan --rata-rata orang Eropa-- yang boleh mengganti baju
dengan pakaian biasa sedangkan para prajurit pribumi dilarang mengganti
baju sehingga selalu memakai seragam. Entah berapa banyak seragam yang
dimiliki oleh para prajurit pribumi ini, jika cuma satu berarti tidak
pernah digantinya.
2. Kehidupan di Tangsi
Tangsi
merupakan tempat tinggal para prajurit KNIL, entah yang masih bujangan
maupun yang sudah menikah. Tangsi biasanya dibangun di tengah kota,
mungkin untuk mempermudah akses. Prajurit yang masih bujangan tidur di
barak yang tempat tidurnya berjejer sedangkan yang sudah menikah
baraknya disekat dengan ukuran 3x4 meter. Ruangan ini hanya cukup untuk
satu tempat tidur saja, oleh karena itu anak-anaknya ditempatkan di
bawah kolong tempat tidur sehingga muncul istilah anak kolong bagi anak-anak polisi atau tentara.
3. Dardanel
Dardanel
merupakan sebutan bagi seorang prajurit pribumi yang harus menjaga
keselamatan seorang perwira Belanda yang menjadi atasannya. Ternyata
perwira Belanda cukup pengecut karena harus dilindungi oleh seorang
prajurit pribumi. Mungkin hal ini juga didasarkan pada pertimbangan
bahwa pasukan akan kocar kacir jika kehilangan komandannya. Doktrin yang
ditanamkan pada seorang dardanel adalah sungguh memalukan atau nista jika seorang dardanel selamat sedangkan perwira yang dilindunginya meninggal. Dengan kata lain dardanel tersebut harus rela mengorbankan nyawanya bagi perwira yang dilindunginya.
4. Kebiasaan Prajurit Jawa
Selain
tidak memakai sepatu hingga tahun 1905 dan tergabung dalam kompi yang
bertugas untuk menenangkan dan menetralisir situasi pasca peretempuran,
prajurit Jawa juga memiliki keunikan dari kebiasaan yang tidak bisa
ditinggalkan. Kebiasaan tersebut adalah sangat bergantungnya prajurit
Jawa pada bakul kamu. Mungkin jamu mengembalikan stamina mereka setelah
bertempur. Pada beberapa foto yang dihadirkan oleh Suyono terlihat prajurit Jawa sedang beristirat sambil menikmati Jamu yang dibuat oleh seorang mbok jamu.
Demikian
beberapa fakta unik di balik kegarangan pasukan KNIL yang terkenal
kejam selama menumpas perjuangan rakyat di berbagai daerah. Kemiskinan
dan tidak adanya wawasan tentang kebangsaan pada saat itu membuat mereka
menerima pekerjaan sebagai prajurit KNIL meski mengalami berbagai
kesulitan.
No comments:
Post a Comment