Djokjakarta

Wednesday 19 March 2014

Mas Soeharto




Mas Soeharto dilahirkan pada tanggal 2 Maret 1901 di Pacitan, Pendidikan HIS di Kintelen dan MULO Yogjakarta.Tahun 1919 mulai bekerja di Kantor Pos Semarang. Dalam karirnya Mas Soeharto mengikuti beberapa kursus seperti Kontrolir bersama Dijar R, Hernowo, Soedibyo dan Roelan. Agar supaya bisa menjadi Ajun Inspektur tahun 1930 memasuki “Hoogere Rancurcus” di Bandung, Beliau satu-satunya dari kalangan Bangsa Indonesia.Lulus ditempatkan di Kantor Pusat PTT bagian Pos dan Telegrap dan selanjutnya menjadi Kepala Kantor Pos & Telegrap di Tegal tahun 1937.
Tahun 1938 dipindahkan ke Kantor Pusat PTT, ketika Pemerintah Hindia Belanda menyerah kalah kepada Jepang. Mas Soeharto menjadi Kepala “Bureau Matereel Beheer en Magazijndienst” (Biro Pengurusan Material dan Dinas Pergudangan).
Menjelang tahun 1938 Mas Soeharto di lingkungan Kantor Pusat PTT Bandung sudah ada prakarsa, pemikiran dan kegiatan rahasia yang bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan Kantor Pusat PTT. Gerakan ini dipelopori oleh seorang siswa Kursus “Bedrjfsambtenaar” bernama Soetoko. Meskipun Mas Soeharto memiliki kesadaran Nasional yang tinggi, beliau tidak sependapat dengan Soetoko mengenai saat pengambilalihan Kantor Pusat PTT yang bertepatan dengan jatuhnya Pemerintahan Hindia Belanda.Pengambilalihan tidak bisa terburu-buru, harus ada koordinasi dan pengendalian segenap kekuatan Nasional yang akan melakukan pendobrakan dan tindakan ini harus dilakukan serentak.
Melalui penjajahan Jepang yang memberi kesempatan untuk menyusun kekuatan sebagai konsekuensi Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945. Mas Soeharto dapat menyetujui dan merestui rencana Soetoko untuk merebut kembali Kantor Pusat Pos Telegrap dan Telepon (PTT) dari tangan Jepang. Walaupun Mas Soeharto pernah menerima “Bintang Gunzei Hoosisyoo Otsu Kozim Dai Ni Go” lambang kebaktian kepada pemerintah Bala Tentara Jepang, Mas Soeharto lebih setia kepada Bangsa Indonesia. Mas Soeharto sering berembuk dengan Sosrokartono yang ahli bahasa dan kebatinan yang banyak menarik pemerhatian. Bendera Merah Putih telah dikibarkan di rumah Sosrokartono jauh sebelum tanggal 17 Agustus 1945. Tanda itu memberi keyakinan kepada Mas Soeharto bahwa saatnya telah tiba untuk bertindak.Ketika itu Mas Soeharto menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat PTT dan Dijar R sebagai Kepala Urusan Pos.
Setelah pendekatan dan perundingan baik-baik dengan pihak Jepang tidak berhasil, kemudian diulang sekali lagi tidak mengenai sasaran, maka Mas Soeharto memanggil Panglima AMPTT Soetoko bersama pasukannya untuk memaksa Jepang menyerahkan Kantor Pusat PTT. Akhirnya pada tanggal 27 September 1945 tengah hari, Pimpinan Jepang yang menguasai Kantor Pusat PTT tidak berdaya menghadapi serbuan laskar AMPTT yang mendadak. Pihak Jepang menyerah dan Kantor Pusat PTT dapat diambilalih tanpa pertumpahan darah.
Selanjutnya Mas Soeharto dan Dijar R diangkat menjadi Kepala Jawatan  PTT Republik Indonesia yang pertama dan Dijar R diangkat sebagai Wakilnya.Suasana kemerdekaan masih bergolak dan tidak menentu menuntut ketabahan dan pengorbanan dari para pemimpin bangsa Indonesia yang baru lahir.Kedudukan Mas Soeharto di sayap kanan Gedung Sate yang megah dan antik itu ternyata tidak aman.
Setelah tentara Sekutu yang membonceng tentara Inggeris datang kota Bandung semakin kalut. Jepang yang merasa tidak dapat memenuhi perintah Sekutu, berulang kali akan merebut kembali Kantor Pusat PTT dari tangan Indonesia.Begitu pula tentara Sekutu melakukan serangan yang ditujukan kepada Kantor Pusat PTT. Kantor Pusat PTT dihujani peluru, tekidanto, mortir dan meriam.
image
Korban mulai berjatuhan, situasi Bandung Utara semakin membahayakan keselamatan Jawatan PTT RI, sehingga Kepala Pusat PTT dan Panglima Laskar AMPTT tidak dapat bertahan terus di Gedung Kantor Pusat PTT. Mas Soeharto bersama stafnya pindah ke Kantor Pos dan Telegrap Besar Bandung.
Dari Kantor Pos dan Telegrap inilah Mas Soeharto menjalankan tugas dan terus mengadakan hubungan dengan Kantor PTT di Daerah khususnya Jakarta dan Yogjakarta. Tanggal 24 Maret 1946 Bandung menjadi lautan api
image
Kepala Kantor Pusat PTT  Mas Soeharto dan Wakilnya Dijar R, hijrah ke Yogjakarta tempat pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Kantor  PTT Yogjakarta berkedudukan di Jl. Gemblakan no.47, disitu pula Mas Soeharto dan keluarganya tinggal. Jawatan PTT yang dihadapi Mas Soeharto di masa perjuangan sama sekali tidak mudah. Bagian-bagian yang ketika itu disebut Urusan, terpencar di beberapa tempat di Yogjakarta, sehingga mempunyai makna tersendiri yang sulit dihancurkan oleh pihak musuh.
Banyak pegawai PTT dan keluarganya yang menderita di tempat yang baru, mereka harus menyesuaikan diri dengan kenyataan yang mereka alami, sangat berat penderitaan pegwai PTT pada jaman itu.
Selama Kepemimpinan Mas Soeharto pada jaman perang Kemerdekaan Indonesia, PTT mempunyai peranan yang sangat vital bagi bangsa dan negara, disamping bekerja sebagai penghubung, juga menyatukan keluarga yang terpisah karena perang. PTT turut serta berperan pengiriman uang mata ORI (Oeang Republik Indonesia) yang menunjukan Kedaulatan RI. Dinas kurir PTT membawa uang ORI antara Yogjakarta ke daerah-daerah kantong Pertahanan Pejuang Republik Indonesia khususnya ke daerah Jawa Barat.
Meskipun banyak peralatan kerja maupun perangkat di Kantor Pusat PTT Bandung, para pegawai PTT bahu membahu membangun pemancar Radio di Yogja, Solo, Delanggu, dan Tawangmangu agar bisa berhubungan dengan pemancar PTT di Bukit Tinggi dan luar negeri. Sebagai cadangan untuk mengantisipasi serangan musuh dibangun pula stasiun radio di Sarangan, Magetan, Pacitan dan tempat strategis lainnya.
Dengan surat Keputusan Staf Gabungan Angkatan Perang tanggal 24agustus 1947, Mas Soeharto ditetapkan sebagai Penasehat Staf Gabungan Angkatan Perang RI, Bagian Perhubungan.  Rumah Kediaman Mas Soeharto menjadi tempat Markas Berita Nasional yang dibuka siang malam, ketika Presiden Soekarno memberi perintah penghentian tembak menembak sesudah agresi I Belanda.
Di kediamannya Mas Soeharto juga mendirikan Radio Broadcast untuk pngiriman berita morce melalui relay Tawangmangu ke New Delhi dan Sydney, tempat Republik Indonesia memiliki perwakilan, selain mengirim berita Republik Indonesia, mengirim pula hasil Komisi tiga Negara di Kaliurang sewaktu Perundingan Renville.
Dalam perundingan itu Kepala PTT RI mengirim nota yang memuat usulan tentang masalah mengenai perhubungan PTT antara lain diterangkan betapa pentingnya perhubungan kembali antara PTT daerah Republik Indonesia dengan PTT Belanda di Jawa dan Madura, serta antara Pulau Jawa dan Sumatera.
Selanjutnya nota itu juga memuat usul tentang  corridor mana yang perlu dibuka dan pebatasan lalu-lintas PTT RI. Belanda merasa lebih kuat dengan pendudukan seluas 80 % dari Indonesia, tidak mau menerima usul PTT RI, perundingan itu tidak membuahkan hasil. Selama perundingan Renville, PTT RI memberi pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan hubungan antara Yogjakarta dengan kapal Renville melalui telegrap radio Stasiun Ngadinegaran, Gading Yogjakrata.
image
Untuk memantapkan hubungan itu, Kapten Kapal Renville memberi sumbangan Radio Pemancar Mobile kepada PTT RI dan ditempatkan di kediaman Mas Soeharto, sehingga ada hubungan langsung antara Pemancar Kapal Renville dengan Pemancar Mobile yang ada di kediaman  Mas Soeharto. Pemancar inilah yang kemudian menimbulkan musibah bagi keluarga Mas Soeharto, dituduh Belanda mempergunakan untuk kepentingan para Grilyawan Pejuang RI di luar Yogjakarta.
Pada tanggal 19 Desember 1948 Ibu Kota RI Yogjakarta diserbu tentara Belanda.Jam 10.00 pagi Pemerintah menghendaki hubungan dengan Bukit Tinggi. Berita inilah yang terakhir dikirim oleh Pemancar di Gemblakan no. 47 setelah itu Mas Soeharto mengunci ruangan Pemancar. Mas Soeharto tetap berada di posnya, tidak mengunsi keluar kota, tetapi Mas Soeharto tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Beberapa hari kemudian, datang Kepala Kantor Pos dan Telegrap Klaten, RS Brontoatmodjo yang sudah membumi hanguskan kantornya, beliau bermaksud menyerahkan uang kas kantor, Namun Mas Soeharto berjiwa besar tidak mau menerima uang kas yang dimaksud dan menyarankan untuk digunakan dalam perjuangan di pedalaman melawan Belanda.
Tanggal 17 Januari 1949 tiba malamnya menjelang tanggal 18 Januari 1949 tempat kediaman Mas Soeharto di kepung tentara Belanda dari pasukan MID yang dipimpin Letnan Kremes. Mereka masuk kedalam rumah dan melakukan penggeledahan, ketika itu Mas Soeharto kesehatannya terganggu, sedang Ny Mas Soeharto sedang menyetrika pakaian, semua penghuni rumah menghadap tembok dan diperintahkan mengangkat tangan keatas mereka tidak boleh bergerak.
Mas Soeharto dibawa ke ruang pemancar dan disiksa dan Ny Mas Soeharto mendengar suara gledukbok tanda kekejaman Tentara Belanda. Mas Soeharto dituduh Belanda bahwa Ia menggunakan Pemancar pemberian Belanda untuk membantu Gerilyawan Pejuang RI sejak tanggal 19 Desember 1948.
image
 Terdorong oleh cinta kasihnya kepada Mas Soeharto, Ny Soeharto pergi ke penjara Wirogunan, dengan dalih hendak mengantar pakaian tetapi Ny Mas Soeharto tidak menemukan suaminya. Ny Mas Soeharto mendatangi Markas Belanda di Ngupasan dan tempat tinggal Komandan TIJGER BRIGADE Belanda untuk mendapatkan keberadaan Mas Soeharto suaminya, namun Komandan TIJGER BRIGADE Belanda, Mayor Vosveld yang terkenal buruk peringainya tidak berhasil ditemuinya.
Selang dua hari setelah penculikan Ny Mas Soeharto didatangi oleh Pasukan dari MID Belanda yang memberitahukan bahwa Mas Soeharto ketika diangkut malam itu meloncat dari mobil Jeep dan melarikan diri, sudah diusahakan mencarinya tetapi tidak berhasil.
Ny Mas Soeharto tidak percaya begitu saja keterangan pihak Belanda, sesuatu yang tidak masuk akal karena Mas Soeharto dalam kedaan sakit tidak mungkin bisa melarikan diri.Berita tentang penculikan dan hilangnya Mas Soeharto segera menyebar di Yogjakarta dan dan daeranh lainnya.Semua merasa prihatin terutama pegawai PTT dan para grilyawan Pejuang RI.
Mas Soeharto telah mengorbankan segala galanya. Manusia pada umumnya mendapat penghormatan terakhir di rumah dukanya, tetapi Mas Soeharto tidak lagi ditemukan jasadnya, namun Mas Soeharto merupakan Pahlawan PTT yang besar, yang diratapi seluruh anak buahnya termasuk Pejabat Instansi Pemerintah RI.
Untuk mengenang Direktur PTT Perjuangan, Mas Soeharto, bertepatan hari ulang tahun PTT ke X tanggal 27 September 1955 diterbitkan prangko seri Mas Soeharto yang terdiri dari pecahan 15, 35,50,75 sen.
Pada Tanggal 27 September 1962, hari ulang tahun PTT ke 17 diadakan upacara penyerahan Bintang Maha Putra Tingkat III kepada almarhum Mas Soeharto.
Sumber : Buku Tokoh-Tokoh Sejarah Perjuangan dan Pembangunan  POS & Telekomunikasi  di Indonesia 1985

No comments:

Post a Comment