Mas
Soeharto dilahirkan pada tanggal 2 Maret 1901 di Pacitan, Pendidikan
HIS di Kintelen dan MULO Yogjakarta.Tahun 1919 mulai bekerja di Kantor
Pos Semarang. Dalam karirnya Mas Soeharto mengikuti beberapa kursus
seperti Kontrolir bersama Dijar R, Hernowo, Soedibyo dan Roelan. Agar
supaya bisa menjadi Ajun Inspektur tahun 1930 memasuki “Hoogere
Rancurcus” di Bandung, Beliau satu-satunya dari kalangan Bangsa
Indonesia.Lulus ditempatkan di Kantor Pusat PTT bagian Pos dan Telegrap
dan selanjutnya menjadi Kepala Kantor Pos & Telegrap di Tegal tahun
1937.
Tahun
1938 dipindahkan ke Kantor Pusat PTT, ketika Pemerintah Hindia Belanda
menyerah kalah kepada Jepang. Mas Soeharto menjadi Kepala “Bureau Matereel Beheer en Magazijndienst” (Biro Pengurusan Material dan Dinas Pergudangan).
Menjelang
tahun 1938 Mas Soeharto di lingkungan Kantor Pusat PTT Bandung sudah
ada prakarsa, pemikiran dan kegiatan rahasia yang bertujuan untuk
mengambil alih kekuasaan Kantor Pusat PTT. Gerakan ini dipelopori oleh
seorang siswa Kursus “Bedrjfsambtenaar” bernama
Soetoko. Meskipun Mas Soeharto memiliki kesadaran Nasional yang tinggi,
beliau tidak sependapat dengan Soetoko mengenai saat pengambilalihan
Kantor Pusat PTT yang bertepatan dengan jatuhnya Pemerintahan Hindia
Belanda.Pengambilalihan tidak bisa terburu-buru, harus ada koordinasi
dan pengendalian segenap kekuatan Nasional yang akan melakukan
pendobrakan dan tindakan ini harus dilakukan serentak.
Melalui
penjajahan Jepang yang memberi kesempatan untuk menyusun kekuatan
sebagai konsekuensi Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus
1945. Mas Soeharto dapat menyetujui dan merestui rencana Soetoko untuk
merebut kembali Kantor Pusat Pos Telegrap dan Telepon (PTT) dari tangan
Jepang. Walaupun Mas Soeharto pernah menerima “Bintang Gunzei Hoosisyoo Otsu Kozim Dai Ni Go” lambang
kebaktian kepada pemerintah Bala Tentara Jepang, Mas Soeharto lebih
setia kepada Bangsa Indonesia. Mas Soeharto sering berembuk dengan
Sosrokartono yang ahli bahasa dan kebatinan yang banyak menarik
pemerhatian. Bendera Merah Putih telah dikibarkan di rumah Sosrokartono
jauh sebelum tanggal 17 Agustus 1945. Tanda itu memberi keyakinan kepada
Mas Soeharto bahwa saatnya telah tiba untuk bertindak.Ketika itu Mas
Soeharto menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat PTT dan Dijar R sebagai
Kepala Urusan Pos.
Setelah
pendekatan dan perundingan baik-baik dengan pihak Jepang tidak
berhasil, kemudian diulang sekali lagi tidak mengenai sasaran, maka Mas
Soeharto memanggil Panglima AMPTT Soetoko bersama pasukannya untuk
memaksa Jepang menyerahkan Kantor Pusat PTT. Akhirnya pada tanggal 27
September 1945 tengah hari, Pimpinan Jepang yang menguasai Kantor Pusat
PTT tidak berdaya menghadapi serbuan laskar AMPTT yang mendadak. Pihak
Jepang menyerah dan Kantor Pusat PTT dapat diambilalih tanpa pertumpahan
darah.
Selanjutnya
Mas Soeharto dan Dijar R diangkat menjadi Kepala Jawatan PTT Republik
Indonesia yang pertama dan Dijar R diangkat sebagai Wakilnya.Suasana
kemerdekaan masih bergolak dan tidak menentu menuntut ketabahan dan
pengorbanan dari para pemimpin bangsa Indonesia yang baru
lahir.Kedudukan Mas Soeharto di sayap kanan Gedung Sate yang megah dan
antik itu ternyata tidak aman.
Setelah
tentara Sekutu yang membonceng tentara Inggeris datang kota Bandung
semakin kalut. Jepang yang merasa tidak dapat memenuhi perintah Sekutu,
berulang kali akan merebut kembali Kantor Pusat PTT dari tangan
Indonesia.Begitu pula tentara Sekutu melakukan serangan yang ditujukan
kepada Kantor Pusat PTT. Kantor Pusat PTT dihujani peluru, tekidanto,
mortir dan meriam.
Korban
mulai berjatuhan, situasi Bandung Utara semakin membahayakan
keselamatan Jawatan PTT RI, sehingga Kepala Pusat PTT dan Panglima
Laskar AMPTT tidak dapat bertahan terus di Gedung Kantor Pusat PTT. Mas
Soeharto bersama stafnya pindah ke Kantor Pos dan Telegrap Besar
Bandung.
Dari
Kantor Pos dan Telegrap inilah Mas Soeharto menjalankan tugas dan terus
mengadakan hubungan dengan Kantor PTT di Daerah khususnya Jakarta dan
Yogjakarta. Tanggal 24 Maret 1946 Bandung menjadi lautan api
Kepala
Kantor Pusat PTT Mas Soeharto dan Wakilnya Dijar R, hijrah ke
Yogjakarta tempat pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Kantor PTT
Yogjakarta berkedudukan di Jl. Gemblakan no.47, disitu pula Mas Soeharto
dan keluarganya tinggal. Jawatan PTT yang dihadapi Mas Soeharto di masa
perjuangan sama sekali tidak mudah. Bagian-bagian yang ketika itu
disebut Urusan, terpencar di beberapa tempat di Yogjakarta, sehingga
mempunyai makna tersendiri yang sulit dihancurkan oleh pihak musuh.
Banyak
pegawai PTT dan keluarganya yang menderita di tempat yang baru, mereka
harus menyesuaikan diri dengan kenyataan yang mereka alami, sangat berat
penderitaan pegwai PTT pada jaman itu.
Selama
Kepemimpinan Mas Soeharto pada jaman perang Kemerdekaan Indonesia, PTT
mempunyai peranan yang sangat vital bagi bangsa dan negara, disamping
bekerja sebagai penghubung, juga menyatukan keluarga yang terpisah
karena perang. PTT turut serta berperan pengiriman uang mata ORI (Oeang
Republik Indonesia) yang menunjukan Kedaulatan RI. Dinas kurir PTT
membawa uang ORI antara Yogjakarta ke daerah-daerah kantong Pertahanan
Pejuang Republik Indonesia khususnya ke daerah Jawa Barat.
Meskipun
banyak peralatan kerja maupun perangkat di Kantor Pusat PTT Bandung,
para pegawai PTT bahu membahu membangun pemancar Radio di Yogja, Solo,
Delanggu, dan Tawangmangu agar bisa berhubungan dengan pemancar PTT di
Bukit Tinggi dan luar negeri. Sebagai cadangan untuk mengantisipasi
serangan musuh dibangun pula stasiun radio di Sarangan, Magetan, Pacitan
dan tempat strategis lainnya.
Dengan
surat Keputusan Staf Gabungan Angkatan Perang tanggal 24agustus 1947,
Mas Soeharto ditetapkan sebagai Penasehat Staf Gabungan Angkatan Perang
RI, Bagian Perhubungan. Rumah Kediaman Mas Soeharto menjadi tempat
Markas Berita Nasional yang dibuka siang malam, ketika Presiden Soekarno
memberi perintah penghentian tembak menembak sesudah agresi I Belanda.
Di
kediamannya Mas Soeharto juga mendirikan Radio Broadcast untuk
pngiriman berita morce melalui relay Tawangmangu ke New Delhi dan
Sydney, tempat Republik Indonesia memiliki perwakilan, selain mengirim
berita Republik Indonesia, mengirim pula hasil Komisi tiga Negara di
Kaliurang sewaktu Perundingan Renville.
Dalam
perundingan itu Kepala PTT RI mengirim nota yang memuat usulan tentang
masalah mengenai perhubungan PTT antara lain diterangkan betapa
pentingnya perhubungan kembali antara PTT daerah Republik Indonesia
dengan PTT Belanda di Jawa dan Madura, serta antara Pulau Jawa dan
Sumatera.
Selanjutnya
nota itu juga memuat usul tentang corridor mana yang perlu dibuka dan
pebatasan lalu-lintas PTT RI. Belanda merasa lebih kuat dengan
pendudukan seluas 80 % dari Indonesia, tidak mau menerima usul PTT RI,
perundingan itu tidak membuahkan hasil. Selama perundingan Renville, PTT
RI memberi pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan hubungan antara
Yogjakarta dengan kapal Renville melalui telegrap radio Stasiun
Ngadinegaran, Gading Yogjakrata.
Untuk
memantapkan hubungan itu, Kapten Kapal Renville memberi sumbangan Radio
Pemancar Mobile kepada PTT RI dan ditempatkan di kediaman Mas Soeharto,
sehingga ada hubungan langsung antara Pemancar Kapal Renville dengan
Pemancar Mobile yang ada di kediaman Mas Soeharto. Pemancar inilah yang
kemudian menimbulkan musibah bagi keluarga Mas Soeharto, dituduh
Belanda mempergunakan untuk kepentingan para Grilyawan Pejuang RI di
luar Yogjakarta.
Pada
tanggal 19 Desember 1948 Ibu Kota RI Yogjakarta diserbu tentara
Belanda.Jam 10.00 pagi Pemerintah menghendaki hubungan dengan Bukit
Tinggi. Berita inilah yang terakhir dikirim oleh Pemancar di Gemblakan
no. 47 setelah itu Mas Soeharto mengunci ruangan Pemancar. Mas Soeharto
tetap berada di posnya, tidak mengunsi keluar kota, tetapi Mas Soeharto
tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Beberapa hari kemudian, datang
Kepala Kantor Pos dan Telegrap Klaten, RS Brontoatmodjo yang sudah
membumi hanguskan kantornya, beliau bermaksud menyerahkan uang kas
kantor, Namun Mas Soeharto berjiwa besar tidak mau menerima uang kas
yang dimaksud dan menyarankan untuk digunakan dalam perjuangan di
pedalaman melawan Belanda.
Tanggal
17 Januari 1949 tiba malamnya menjelang tanggal 18 Januari 1949 tempat
kediaman Mas Soeharto di kepung tentara Belanda dari pasukan MID yang
dipimpin Letnan Kremes. Mereka masuk kedalam rumah dan melakukan
penggeledahan, ketika itu Mas Soeharto kesehatannya terganggu, sedang Ny
Mas Soeharto sedang menyetrika pakaian, semua penghuni rumah menghadap
tembok dan diperintahkan mengangkat tangan keatas mereka tidak boleh
bergerak.
Mas
Soeharto dibawa ke ruang pemancar dan disiksa dan Ny Mas Soeharto
mendengar suara gledukbok tanda kekejaman Tentara Belanda. Mas Soeharto
dituduh Belanda bahwa Ia menggunakan Pemancar pemberian Belanda untuk
membantu Gerilyawan Pejuang RI sejak tanggal 19 Desember 1948.
Terdorong
oleh cinta kasihnya kepada Mas Soeharto, Ny Soeharto pergi ke penjara
Wirogunan, dengan dalih hendak mengantar pakaian tetapi Ny Mas Soeharto
tidak menemukan suaminya. Ny Mas Soeharto mendatangi Markas Belanda di
Ngupasan dan tempat tinggal Komandan TIJGER BRIGADE
Belanda untuk mendapatkan keberadaan Mas Soeharto suaminya, namun
Komandan TIJGER BRIGADE Belanda, Mayor Vosveld yang terkenal buruk
peringainya tidak berhasil ditemuinya.
Selang
dua hari setelah penculikan Ny Mas Soeharto didatangi oleh Pasukan dari
MID Belanda yang memberitahukan bahwa Mas Soeharto ketika diangkut
malam itu meloncat dari mobil Jeep dan melarikan diri, sudah diusahakan
mencarinya tetapi tidak berhasil.
Ny
Mas Soeharto tidak percaya begitu saja keterangan pihak Belanda,
sesuatu yang tidak masuk akal karena Mas Soeharto dalam kedaan sakit
tidak mungkin bisa melarikan diri.Berita tentang penculikan dan
hilangnya Mas Soeharto segera menyebar di Yogjakarta dan dan daeranh
lainnya.Semua merasa prihatin terutama pegawai PTT dan para grilyawan
Pejuang RI.
Mas
Soeharto telah mengorbankan segala galanya. Manusia pada umumnya
mendapat penghormatan terakhir di rumah dukanya, tetapi Mas Soeharto
tidak lagi ditemukan jasadnya, namun Mas Soeharto merupakan Pahlawan PTT
yang besar, yang diratapi seluruh anak buahnya termasuk Pejabat
Instansi Pemerintah RI.
Untuk
mengenang Direktur PTT Perjuangan, Mas Soeharto, bertepatan hari ulang
tahun PTT ke X tanggal 27 September 1955 diterbitkan prangko seri Mas
Soeharto yang terdiri dari pecahan 15, 35,50,75 sen.
Pada
Tanggal 27 September 1962, hari ulang tahun PTT ke 17 diadakan upacara
penyerahan Bintang Maha Putra Tingkat III kepada almarhum Mas Soeharto.
Sumber : Buku Tokoh-Tokoh Sejarah Perjuangan dan Pembangunan POS & Telekomunikasi di Indonesia 1985
No comments:
Post a Comment