Rencana Operasi Belanda
Letnan
Jenderal Spoor sebagai Panglima tentara Belanda di Indonesia dalam menyusun
konsep umum operasi pada tanggal 19 Desember 1948 tidak hanya bertujuan merebut
Jogjakarta ternyata juga dalam waktu yang bersamaan dilancarkan operasi di Jawa
Tengah yang dilakukan melalui darat dalam gerakan kolone. Berdasarkan konsep
umum tersebut maka komandan Divisi B segera menyusun rencana operasi divisi
dengan membentuk kolone, sebagai berikut :
a. Kolone
I di bawah pimpinan Kolonel Van Langen bertugas menduduki Maguwo dengan pasukan
para. Setelah Maguwo dikuasai akan didaratkan pasukan tempur “M” yang bertugas
menduduki Yogyakarta. Pasukan lain dari kolone I ini bergerak ke Surakarta
melalui poros Boyolali dan Kartasura.
b. Kolone
II di bawah pimpinan Kolonel De Vries bertugas membersihkan dan menguasai jalan
raya Salatiga – Solo dan menguasai kota Solo.
c. Kolone
III di bawah pimpinan Letkol Schilperoord bergerak ke Cepu melalui Kudus,
Rembang dan Blora untuk menguasai kota-kota tersebut.
d. Kolone
IV dibawah pimpinan Van Zanten, bertugas pokok bergerak dari Gombong melalui
Kebumen ke Purworejo kemudian melalui Salaman ke Magelang. Kolone ini
bekerjasama dengan Kolone I yang bergerak dari Yogya melalui 2 poros ke
Magelang.
e. Kolone
V dibawah pimpinan Letkol Bastiaanse dengan tugas melalui poros Banjarnegara –
Wonosobo untuk menguasai kota ini.
Kronologi Operatie Kraai 19 Desember 1948
Adapun persiapan dan pelaksanaan operatie kraai tanggal 19
Desember 1948 yang dimulai dari
persiapan di lapangan Andir berdasarkan kronologi kejadiannya adalah
sebagai berikut :
1. Pukul
02.00 : Parasut-parasut sudah dibagikan kepada pasukan Para 1 dan Kompi Para
KST. Sesudah itu perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan lainnya dimasukan ke
pesawat-pesawat angkut C-47 A.
2. Pukul 03.00 : Disampaikan Perintah Operasi terakhir
kepada para awak pesawat, dan seperempat jam kemudian Komandan Pasukan Para
disertai Panglima Teritorial Jawa Barat Mayor Jenderal Engels tiba di lapangan
udara Andir.
3. Pukul
04.00 : Letnan Jenderal Spoor dan Mayor Jenderal Engels melakukan inspeksi
pasukan.
4. Pukul
04.20 : Anggota pasukan yang akan diterjunkan di maguwo menaiki pesawat-pesawat
yang sudah ditentukan.
5. Pukul
04.30 : Pesawat C-47 A pertama meninggalkan landasan yang kemudian di ikuti
pesawat-pesawat lainnya , pesawat terakhir yang berangkat melakukan lepas
landas pada pukul 04.46.
6. Pukul
06.00 : Lapangan Udara Maguwo dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5
pesawat Mustang dan 9 buah Kittyhawk. Pesawat-pesawat ini sebelumnya melakukan
redez-vous di udara diatas korvet Mr.Ms Torenvalkyang lego jangkar di pantai
selatan jawa tengah pada kedudukan 08’.05’ lintang selatan dan 110’.10’ bujur
timur . Dari sini pesawat-pesawat tersebut terbang ke utara menuju Maguwo.
7. Kurang
lebih pukul 08.25 : Pesawat angkut C-47 yang
pertama dari Group Tempur “M” mendarat di Maguwo . Komandan Group Tempur
ini mengambil alih pimpinan atas group para.
8. Sampai pukul 11.00 gerakan menuju kota
Yogyakarta belum dimulai sebab masih menanti kedatangan Batalion Infanteri
yakni 1-15 Regiment Infantrie pimpinan Mayor Scheers.
9. Pukul
09.30 di Kalibanteng Semarang : Rombongan Batalion 1-15 RI dengan pesawat
angkut melakukan tinggal landas menuju Yogyakarta. Rombongan terakhir tiba di
Yogyakarta 2 Jam kemudian. Batalion ini terdiri dari 4 kompi dan 1 kompi
markas.
Dalam operasi menduduki kota Yogyakarta ini di bagi dalam 2
sektor gerakan yaitu sektor utara dan sektor selatan dengan batas jalan kereta
api. Batalion 1 bergerak ke utara dengan tugas menduduki kota Yogyakarta bagian
utara dan Pasukan KST bergerak ke selatan melalui semaki dengan batas akhir
kali/sungai Gajahwong. Menurut versi Belanda gerakan menuju kota Yogyakarta
adalah merupakan gerakan perluasan pancangan kaki.
10. Kurang
lebih pukul 17.00 : tempat-tempat penting di kota Yogyakarta dikuasai oleh
Belanda.
Sumber : Buku Serangan Umum 1 Maret 1949, Latar Belakang
dan Pengaruhnya. Hal 83 – 93.
No comments:
Post a Comment