Peristiwa Gunung
Simping
Peristiwa pembantaian rakyat di desa di kaki gunung
simping yang letaknya kurang lebih 3 Km dari kota Cilacap yang menewaskan 54
penduduk desa tersebut tanpa alasan yang jelas. Peristiwa ini terjadi pada tanggal
1 Agustus 1949 pada malam hari di rumah Somadihardja yang sedang melakuan
hajatan pernikahan anaknya dengan mengadakan pertunjukan wayang. Saat itu
Belanda menerapkan jam malam berbeda dengan seperti biasanya yaitu dimulai jam
22.00 sampai jam 05.00 pagi di rubah jam malam dari jam 01.00 sampai jam 05.00
pagi, sehingga pelaksanaan hajatan dilakukan sebelum jam malam. Acara tersebut
sudah mendapat izin dari pemerintah pendudukan ( Belanda ) bahkan dituangkan
dalam izin tertulis. Dengan adanya izin tersebut masyarakat tidak merasa
khawatir bahkan yang datang cukup banyak mengingat acara wayangan saat itu
termasuk langka.
Disaat rakyat bergembira tiba-tiba pada pukul 21.00
terdengar dentuman dan rentetan senapan-senapan otomatis dari jarak dekat.
Kekacauan mulai timbul,rakyat panik,saling injak dan berlari tidak tentu arah.
Udara penuh teriakan dan jeritan. Tidak berapa lama tembakan-tembakan
dihentikan dan terdengar suara keras memerintahkan : “ Semua orang keluar !!
kalau tidak saya bakar rumah ini !! “ , setelah itu tiba-tiba ada orang membuka
pintu belakang dan terdengar ada suara bertanya : Siapa!!?? TNI ??!! , kemudian
terdengar jawaban : “ Bukan saya orang tani..”
tetapi jawaban itu di jawab dengan dua tembakan dan tersungkur dua badan
jatuh ke lantai. Tidak berapa lama terdengar bunyi peluit dan perintah-perintah
dalam bahasa belanda dan tak lama kemudian terdengar bunyi kendaraan menjauh
meninggalkan lokasi begitu saja.
Setelah belanda pergi maka yang selamat mulai mendekat
dan menyalakan lampu-lampu yang sebelumnya dimatikan, dan terlihat banyak
korban bergelimpangan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa dan menurut
perhitungan saat itu yang meninggal berjumlah 27 orang dan yang menderita
luka-luka berat kurang lebih juga sama jumlahnya, pada malam itu juga para korban
yang luka berat segera di tolong sedapat mungkin namun yang mengecewakan adalah
tidak adanya persediaan obat-obatan.
Dewan Kabupaten Cilacap mengajukan protes kepada pihak
Belanda sehingga perkara ini sempat di bahas dan menjadi bahan perbincangan di
parlemen Belanda. Seorang Sosialis Belanda bernama Goedhardt telah menuntut
agar Letnan II Frans yang memimpin pasukan tersebut di hadapkan ke pengadilan
militer. Hasil dari pembahasan di parlemen itu tidak jelas dan hanya tersiar
kabar Letnan II Frans dipindahkan ke Purwokerto, namun beberapa bulan kemudian
tersiar kabar di alun-alun Purwokerto terjadi insiden yang yang menyebabkan
beberapa pemuda dan pemudi kita tewas. Dan Pelakunya Letnan II Frans juga.
Dewan Kabupaten Cilacap membentuk panitia penyelidikan
tentang kasus gunung simping tersebut akan tetapi peredaran politik ternyata
lebih cepat daripada usaha panitia tersebut, akan tetapi panitia tersebut
sempat melakukan gerakan rakyat untuk mengumpulkan sumbangan untuk para korban
gunung simping tersebut.
Karena peristiwa itu bertempat dirumah Sumodiharjo dan menggunakan
senjata bren, maka monument tersebut dinamakan Monumen Juang Soma Bren.
Sumber : Buku Propinsi Djawa-Tengah, terbitan tahun
1953
No comments:
Post a Comment