Djokjakarta

Friday, 30 January 2015

Monumen Juang Soma Bren

Peristiwa Gunung Simping

Peristiwa pembantaian rakyat di desa di kaki gunung simping yang letaknya kurang lebih 3 Km dari kota Cilacap yang menewaskan 54 penduduk desa tersebut tanpa alasan yang jelas. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 Agustus 1949 pada malam hari di rumah Somadihardja yang sedang melakuan hajatan pernikahan anaknya dengan mengadakan pertunjukan wayang. Saat itu Belanda menerapkan jam malam berbeda dengan seperti biasanya yaitu dimulai jam 22.00 sampai jam 05.00 pagi di rubah jam malam dari jam 01.00 sampai jam 05.00 pagi, sehingga pelaksanaan hajatan dilakukan sebelum jam malam. Acara tersebut sudah mendapat izin dari pemerintah pendudukan ( Belanda ) bahkan dituangkan dalam izin tertulis. Dengan adanya izin tersebut masyarakat tidak merasa khawatir bahkan yang datang cukup banyak mengingat acara wayangan saat itu termasuk langka.
Disaat rakyat bergembira tiba-tiba pada pukul 21.00 terdengar dentuman dan rentetan senapan-senapan otomatis dari jarak dekat. Kekacauan mulai timbul,rakyat panik,saling injak dan berlari tidak tentu arah. Udara penuh teriakan dan jeritan. Tidak berapa lama tembakan-tembakan dihentikan dan terdengar suara keras memerintahkan : “ Semua orang keluar !! kalau tidak saya bakar rumah ini !! “ , setelah itu tiba-tiba ada orang membuka pintu belakang dan terdengar ada suara bertanya : Siapa!!?? TNI ??!! , kemudian terdengar jawaban : “ Bukan saya orang tani..”  tetapi jawaban itu di jawab dengan dua tembakan dan tersungkur dua badan jatuh ke lantai. Tidak berapa lama terdengar bunyi peluit dan perintah-perintah dalam bahasa belanda dan tak lama kemudian terdengar bunyi kendaraan menjauh meninggalkan lokasi begitu saja.
Setelah belanda pergi maka yang selamat mulai mendekat dan menyalakan lampu-lampu yang sebelumnya dimatikan, dan terlihat banyak korban bergelimpangan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa dan menurut perhitungan saat itu yang meninggal berjumlah 27 orang dan yang menderita luka-luka berat kurang lebih juga sama jumlahnya, pada malam itu juga para korban yang luka berat segera di tolong sedapat mungkin namun yang mengecewakan adalah tidak adanya persediaan obat-obatan.
Dewan Kabupaten Cilacap mengajukan protes kepada pihak Belanda sehingga perkara ini sempat di bahas dan menjadi bahan perbincangan di parlemen Belanda. Seorang Sosialis Belanda bernama Goedhardt telah menuntut agar Letnan II Frans yang memimpin pasukan tersebut di hadapkan ke pengadilan militer. Hasil dari pembahasan di parlemen itu tidak jelas dan hanya tersiar kabar Letnan II Frans dipindahkan ke Purwokerto, namun beberapa bulan kemudian tersiar kabar di alun-alun Purwokerto terjadi insiden yang yang menyebabkan beberapa pemuda dan pemudi kita tewas. Dan Pelakunya Letnan II Frans juga.
Dewan Kabupaten Cilacap membentuk panitia penyelidikan tentang kasus gunung simping tersebut akan tetapi peredaran politik ternyata lebih cepat daripada usaha panitia tersebut, akan tetapi panitia tersebut sempat melakukan gerakan rakyat untuk mengumpulkan sumbangan untuk para korban gunung simping tersebut.
Karena peristiwa itu bertempat dirumah Sumodiharjo dan menggunakan senjata bren, maka monument tersebut dinamakan Monumen Juang Soma Bren.

Sumber : Buku Propinsi Djawa-Tengah, terbitan tahun 1953

No comments:

Post a Comment